![]() |
| (ilustrasi/ist) |
MEDIALAMPUNG.ML - Pasien Rumah Sakit Bumi Waras (RSBW), di Bandar Lampung, Bramanto (45), warga Jalan Tangkuban Perahu, Kelurahan Kupang Kota, Telukbetung Utara, meninggal dunia saat menjalani proses cuci darah, Selasa (18/10/2016).
Bramanto menghembuskan nafas terakhir karena mesin cuci darahnya mati
saat listrik padam.
Untuk
mengetahui penyebab pasti kematiannya, makam Bramanto di TPU Anugerah
di Jalan Dr Warsito, Telukbetung Utara, dibongkar pada Rabu (19/10)
sore.
Rencananya
jenazah Bramanto akan dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara untuk dilakukan
autopsi.. Tampak beberapa aparat kepolisian juga menyaksikan
pembongkaran makam Bramanto.
Direktur
Reserse Kriminal Khusus Polda Lampung Komisaris Besar Dicky
Patrianegara mengatakan, langkah autopsi diambil untuk mencari petunjuk
mengenai kematian korban.
“Kami autopsi untuk mengetahui kondisi korban dan mencari petunjuk penyebab kematian korban,” kata Dicky.
“Kami autopsi untuk mengetahui kondisi korban dan mencari petunjuk penyebab kematian korban,” kata Dicky.
Setelah mendapatkan hasil autopsi, tutur dia, akan dijadikan petunjuk untuk membuat terang penyebab kematian Bramanto.
Penyidik juga akan memeriksa para saksi, terutama pasien yang melakukan cuci darah berbarengan dengan Bramanto.
Penyidik juga akan memeriksa para saksi, terutama pasien yang melakukan cuci darah berbarengan dengan Bramanto.
“Pada
saat bersamaan ada 10 orang cuci darah tapi ada satu yang meninggal
dunia. Ini akan kami tanyakan ke pasien lainnya,” ujar dia.
Selain dari pasien cuci darah, penyidik juga akan memeriksa para ahli. Ahli yang diperiksa adalah ahli bidang alat mesin cuci darah, ahli tentang standar operasional prosedur mengenai pengawasan di rumah sakit dan SOP pelaksaan cuci darah.
Sampai saat ini, penyidik sudah memeriksa lima orang saksi dari pihak Rumah Sakit Bumi Waras dan dari keluarga korban.
Selain dari pasien cuci darah, penyidik juga akan memeriksa para ahli. Ahli yang diperiksa adalah ahli bidang alat mesin cuci darah, ahli tentang standar operasional prosedur mengenai pengawasan di rumah sakit dan SOP pelaksaan cuci darah.
Sampai saat ini, penyidik sudah memeriksa lima orang saksi dari pihak Rumah Sakit Bumi Waras dan dari keluarga korban.
“Pemeriksaan saksi akan terus berlanjut untuk bahan penyelidikan,” jelas Dicky.
UPS Rusak
Kakak Bramanto, Enriko (46), mengatakan, adiknya adalah pasien penyakit ginjal yang dirawat di Rumah Sakit Bumi Waras sejak Jumat malam.
Menurut dia, dokter Gufron yang menangani menyuruh Bramanto menjalani cuci darah.
"Sejak dirawat Jumat malam kondisinya semakin membaik," ujar Enriko, Selasa.
"Sejak dirawat Jumat malam kondisinya semakin membaik," ujar Enriko, Selasa.
Pada pagi harinya, sesuai arahan dokter Gufron, Bramanto menjalani cuci darah di ruang hemodialisa sekitar pukul 9.30 wib.
Baru berjalan 15 menit, kata Enriko, mesin cuci darah mati karena listrik padam. Di ruang yang sama, ada sembilan mesin cuci darah lainnya namun tidak mati. Ini dikarenakan, UPS nya masih menyala.
Baru berjalan 15 menit, kata Enriko, mesin cuci darah mati karena listrik padam. Di ruang yang sama, ada sembilan mesin cuci darah lainnya namun tidak mati. Ini dikarenakan, UPS nya masih menyala.
"Ternyata UPS di mesin cuci darah adik saya rusak. Sehingga ketika listrik padam, mesin ikut mati," ujar Enriko.
Lima menit setelah mesin cuci darah mati, Enriko yang saat itu ada di ruangan hemodialisa, melihat detak jantung Bramanto sudah tidak ada.
Lima menit setelah mesin cuci darah mati, Enriko yang saat itu ada di ruangan hemodialisa, melihat detak jantung Bramanto sudah tidak ada.
Yang sangat disesalkan Enriko, tidak ada dokter yang berupaya menolong adiknya ketika anfal.
RSBW Bantah UPS Rusak
Sementara, pihak Rumah Sakit Bumi Waras membantah bahwa UPS mesin cuci darah rusak, sehingga mengakibatkan pasien cuci darah Bramanto meninggal dunia.
Menurut Direktur Pelayanan Medis Rumah Sakit Bumi Waras dr Arief Yulizar, UPS dalam keadaan hidup.
"Gensetnya juga hidup jadi ketika listrik padam dalam 2 detik mesin cuci darah langsung hidup karena UPS hidup," kata dia melalui sambungan telepon, Selasa.
Arief menjelaskan, bahwa Bramanto sempat koma dan dirawat di ruang ICU selama dua hari. Hasil diagnosa, tutur dia, Bramanto menderita penyakit komplikasi seperti jantung dan ginjal.
Arief menuturkan, Bramanto menjalani cuci darah pertama beberapa hari lalu.
"Setelah cuci darah pertama hasilnya bagus. Kondisi pasien membaik," kata Arief.
Bramanto, tutur dia, kembali menjalani cuci darah kedua kalinya Selasa (18/10/2016) pagi. Pada saat itu, Arief mengakui listrik dipadamkan pihak PLN.
"Listrik memang padam. Tapi UPS kami berfungsi baik sehingga dalam waktu dua detik mesin cuci darah sudah menyala," ujar Arief.
Menurut Arief, mesin genset juga berfungsi baik.
"Jadi dalam tujuh detik mesin cuci darah kembali menyala karena genset hidup," katanya.
"Jika memang UPS dan genset tidak menyala pasti 12 mesin cuci darah lainnya ikut mati ketika listrik padam. Tapi kenyataannya 12 mesin cuci darah lainnya hidup," terang dia.
Bramanto, tutur dia, kembali menjalani cuci darah kedua kalinya Selasa (18/10/2016) pagi. Pada saat itu, Arief mengakui listrik dipadamkan pihak PLN.
"Listrik memang padam. Tapi UPS kami berfungsi baik sehingga dalam waktu dua detik mesin cuci darah sudah menyala," ujar Arief.
Menurut Arief, mesin genset juga berfungsi baik.
"Jadi dalam tujuh detik mesin cuci darah kembali menyala karena genset hidup," katanya.
"Jika memang UPS dan genset tidak menyala pasti 12 mesin cuci darah lainnya ikut mati ketika listrik padam. Tapi kenyataannya 12 mesin cuci darah lainnya hidup," terang dia.
Arief mengatakan, penyebab kematian Bramanto adalah serangan jantung.
"Jantungnya dalam keadaan lemah saat itu," kata Arief.
Mengenai
pernyataan keluarga korban tidak ada dokter jaga yang memberikan
pertolongan, Arief mengatakan, pada saat itu ada tiga dokter piket yang
berada di rumah sakit.
"Setelah cuci darah pertama hasilnya bagus. Kondisi pasien membaik," kata Arief.
Bramanto, tutur dia, kembali menjalani cuci darah kedua kalinya Selasa pagi. Pada saat itu, Arief mengakui aliran listrik dipadamkan pihak PLN.
"Listrik memang padam. Tapi UPS kami berfungsi baik sehingga dalam waktu dua detik mesin cuci darah sudah menyala," ujar Arief, seperti dilansir Tribunlampung.
Menurut Arief, mesin genset juga berfungsi baik.
"Jadi dalam tujuh detik mesin cuci darah kembali menyala karena genset hidup," katanya.
"Jika memang UPS dan genset tidak menyala pasti 12 mesin cuci darah lainnya ikut mati ketika listrik padam. Tapi kenyataannya 12 mesin cuci darah lainnya hidup," terang dia. Arief mengatakan, penyebab kematian Bramanto adalah serangan jantung. "Jantungnya dalam keadaan lemah saat itu," kata Arief.
Mengenai pernyataan keluarga korban tidak ada dokter jaga yang memberikan pertolongan, Arief mengatakan, pada saat itu ada tiga dokter piket yang berada di rumah sakit. (*)
Bramanto, tutur dia, kembali menjalani cuci darah kedua kalinya Selasa pagi. Pada saat itu, Arief mengakui aliran listrik dipadamkan pihak PLN.
"Listrik memang padam. Tapi UPS kami berfungsi baik sehingga dalam waktu dua detik mesin cuci darah sudah menyala," ujar Arief, seperti dilansir Tribunlampung.
Menurut Arief, mesin genset juga berfungsi baik.
"Jadi dalam tujuh detik mesin cuci darah kembali menyala karena genset hidup," katanya.
"Jika memang UPS dan genset tidak menyala pasti 12 mesin cuci darah lainnya ikut mati ketika listrik padam. Tapi kenyataannya 12 mesin cuci darah lainnya hidup," terang dia. Arief mengatakan, penyebab kematian Bramanto adalah serangan jantung. "Jantungnya dalam keadaan lemah saat itu," kata Arief.
Mengenai pernyataan keluarga korban tidak ada dokter jaga yang memberikan pertolongan, Arief mengatakan, pada saat itu ada tiga dokter piket yang berada di rumah sakit. (*)
